:masih tentang malam, tentang kelam, tentang yang terbenam
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku tersenyum. Membukakan pintu kemudian
merangkulku. Aku segera meletakkan tas, pergi
ke kamar. Beriringan.
Aku mulai melepaskan pakaianku, pakaian dalamku.
Suamiku tersenyum. Dipeluknya aku dengan hangat,
seperti akar merekatkan diri kepada tanah.
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku masih menumpuk kata di bawah bantal,
sementara aku membentuk awan di kasur, berantakan.
Suamiku tersenyum. Memakaikan pakaianku kembali, kemudian pergi.
27 Juli 2010
Senin, 23 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
:masih tentang malam, tentang kelam, tentang yang terbenam
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku tersenyum. Membukakan pintu kemudian
merangkulku. Aku segera meletakkan tas, pergi
ke kamar. Beriringan.
Aku mulai melepaskan pakaianku, pakaian dalamku.
Suamiku tersenyum. Dipeluknya aku dengan hangat,
seperti akar merekatkan diri kepada tanah.
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku masih menumpuk kata di bawah bantal,
sementara aku membentuk awan di kasur, berantakan.
Suamiku tersenyum. Memakaikan pakaianku kembali, kemudian pergi.
27 Juli 2010
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku tersenyum. Membukakan pintu kemudian
merangkulku. Aku segera meletakkan tas, pergi
ke kamar. Beriringan.
Aku mulai melepaskan pakaianku, pakaian dalamku.
Suamiku tersenyum. Dipeluknya aku dengan hangat,
seperti akar merekatkan diri kepada tanah.
"Tak apa, kau tak ada di siang ini,"
Suamiku masih menumpuk kata di bawah bantal,
sementara aku membentuk awan di kasur, berantakan.
Suamiku tersenyum. Memakaikan pakaianku kembali, kemudian pergi.
27 Juli 2010
0 Response to "Akhir Kesabaran Sang Suami"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Akhir Kesabaran Sang Suami"
Posting Komentar